Langsung ke konten utama

Kaizen (改善): Filosofi Perbaikan Berkelanjutan dari Jepang


---------------------
Oleh : Didi Khaerudin
---------------------

Pada umumnya, banyak orang mengabaikan kelemahan diri dan berusaha menutupinya dengan kekuatan atau kelebihan yang dimiliki, seolah dengan begitu kelemahan tersebut tidak akan lagi menjadi masalah penting.

Setiap orang pada dasarnya harus bisa menerima kenyataan bahwa mereka terlahir dengan adanya kelemahan atau kekurangan pada dirinya, tinggal bagaimana kekurangan yang ada agar tidak merugikan diri lebih jauh lagi.
--
“Orang beruntung adalah yang hari ini lebih baik dari kemarin”
***
Hallo teman-teman, pada kesempatan ini saya akan mengulas sebuah filosofi yang disebut dengan Kaizen, tulisan/karakter kanji dalam bahasa Jepangnya kurang lebih seperti ini: Kaizen (改善).

Kaizen merupakan istilah dalam bahasa Jepang yang bermakna "perbaikan berkelanjutan atau perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement)". Filsafat kaizen berpandangan bahwa hidup kita hendaknya berfokus pada upaya perbaikan diri secara terus-menerus.

Sebenarnya konsep kaizen ini cenderung lebih banyak diterapkan dalam dunia industri, yang intinya adalah untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas. Tapi konsep kaizen ini menurut saya juga cukup relevan dan gak ada salahnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam konsep kaizen, perbaikan dilakukan dari hal-hal kecil tapi berkesinambungan dan masif. Kaizen adalah sebuah filosofi dari kesabaran dan perubahan konsisten untuk menjadi lebih baik sedikit demi sedikit. INGET YA, sedikit demi sedikit tapi dilakukan secara berkesinambungan atau terus menerus. Kita harus sadar, bahwa perubahan besar gak mungkin ujug-ujug kaya legenda candi yang semalem langsung jadi. Kita harus melakukannya step by step atau secara bertahap.

Langkah awal untuk melakukan Kaizen adalah dengan melakukan Hansei (反省). Apa itu Hansei? Dalam bahasa Jepang, Hansei secara sederhana diartikan sebagai refleksi diri. Implementasi Hansei ini dilakukan dengan melakukan refleksi secara jujur dalam rangka evaluasi untuk pengembangan diri.

Fokus dari Hansei adalah menemukan apa yang salah dan menciptakan rencana yang jelas untuk memastikan bahwa kesalahan itu tidak terulang kembali. Tools yang paling sering digunakan untuk membuat rencana tersebut, disebut dengan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action), yang mana proses ini dilakukan secara terus-menerus dan konsisten.

1. Plan (Merencanakan)
Perencanaan yang matang dapat membantu dalam pelaksanaan dan pencapaian hasil yang optimal. Dalam merencanakan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, diantaranya:
  • Mengevaluasi diri, mencakup: kelebihan dan kekurangan, penyebab keberhasilan dan kegagalan.
  • Membuat tujuan dengan S.M.A.R.T Goal (Spesific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound): Buatlah tujuan yang spesifik, terukur, realistis, relevan dan jelas waktu pencapaiannya.
  • Menimbang sumber daya yang dimiliki untuk mendukung pencapaian target.
  • Membuat timeline yang jelas dan memperhatikan faktor yang dapat menghambat pelaksanaannya.


2. Do (Melaksanakan)
Realisasikan rencana yang telah dibuat secara disiplin dan dengan komitmen yang kuat.

3. Check (Mengevaluasi)
Evaluasi secara berkala kendala yang terjadi pada tahap pelaksanan dan buat perencanaan baru jika diperlukan, baik berupa perbaikan atau strategi baru yang dapat lebih memaksimalkan tercapainya tujuan.

4. Action (Menindaklanjuti)
Tahap selanjutnya realisasikan rencana atau strategi perbaikan yang sudah dibuat. Pertahankan aktivitas yang relevan dan efektif untuk mencapai tujuan.

Tahap Action bukanlah akhir dalam proses PDCA, karena PDCA adalah sebuah siklus yang dapat dianalogikan seperti roda, sehingga kita dapat kembali lagi ke tahap Plan untuk mendapatkan standar yang lebih baik, dilanjutkan dengan Do-Check-Action, dan seterusnya.

Selain itu, Dalam kaizen ada tiga istilah penting yang disebut dengan Mura, Muri, Muda. Saya pertama kali tau kaizen dan denger istilah ini dari Pak Baequni, saat beliau menjelaskan tentang perencanaan dan evaluasi dalam bidang kesehatan. Tiga hal ini merupakan komponen yang cukup penting dalam rangka melakukan evaluasi untuk meningkatkan produktifitas.

  • Mura artinya tidak teratur atau tidak seimbang. Apakah ada hal-hal tidak teratur yang menyebabkan inkonsistensi hasil? Keterlambatan adalah salah satu indikasi adanya mura (ketidakteraturan) dalam hal waktu.
  • Muri artinya beban berlebih atau beban yang tidak masuk akal. Apakah ada beban berlebih yang mengakibatkan kondisi kerja yang buruk? Sebagai contoh, pembagian tugas yang tidak merata atau tidak sesuai dengan kemampuan akan menciptakan kondisi kerja yang tidak kondusif dan mengurangi produktifitas.
  • Muda artinya pemborosan atau sampah yang perlu dibuang. Apakah ada pemborosan yang menyebabkan berkurangnya nilai tambah? Seperti bahan atau peralatan yang tidak perlu dan prosedur yang terbelit-belit sehingga banyak waktu yang terbuang, adalah contoh pemborosan dari segi materi dan waktu yang perlu dihilangkan.

Maka, setiap kali kita selesai melaksanakan sesuatu atau menyelesaikan sebuah kegiatan. Kita perlu bertanya, apakah ada Mura, Muri, dan Muda yang perlu dihilangkan?
Lalu, kita bisa tanyakan pada diri sendiri:
  • Apa yang perlu ditingkatkan?
  • Apa yang perlu dikurangi?
  • Apa yang perlu dihilangkan?, dan
  • Apa yang perlu diadakan?


Ketika kita berhasil atau telah menyelesaikan sebuah kegiatan, kita perlu melakukan Hansei atau introspeksi lagi untuk meninjau kembali apakah ada kesalahan, kekurangan, atau hambatan yang perlu diperbaiki untuk kedepannya. Dalam implementasinya, jika seseorang megklaim bahwa tidak ada masalah, maka pada dasarnya “tidak ada masalah adalah masalah”. Artinya kita tidak objektif dan kurang kritis dalam mengevaluasi diri untuk menemukan peluang perbaikan. Tidak ada masalah menunjukkan bahwa kita tidak cukup meregangkan diri untuk melampaui kapasitas yang kita miliki.

Filosofi dari kaizen ini menurut saya cukup menarik. Jika dilakukan dengan konsisten, akan dapat membantu menganalisa kegagalan demi kegagalan maupun ketidakefisienan yang sering kita lakukan, sehingga kedepannya kita bisa menjadi lebih produktif dan lebih baik lagi.

Reference

----- CATATAN EDITOR ------
Bagaimana pendapat kamu tentang tulisan ini?
Kalo ada diantara kamu yang mau ngobrol atau diskusi
dengan Didi terkait topik ini,
silahkan tinggalkan komentar dibawah artikel ini ya.
-------------------------------------
Author: Didi Khaerudin
Marketing & Communication Departement
(HACAMSA 2020 | MPK 2017)
Tentang Didi: Seorang Fans Liverpool FC yang suka Gundam | YNWA
"Tidak ada yang lebih baik selain melakukan yang terbaik"
Ig. @didikhaerudin21

Komentar

Postingan populer dari blog ini

YUK KENALI APA ITU CACAR MONYET (MONKEY POX)

 Cacar monyet atau monkey pox merupakan penyakit infeksi akibat Monkeypox virus (MPXV) yang mana penularan penyakit ini dapat melalui binatang (Zoonosis). Penyakit ini pertama kali ditemukan 1958, lalu ditemukan kasus pertama kali menginfeksi manusia yaitu di tahun 1970 di Kongo. Saat ini Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, telah menyatakan bahwa cacar monyet (monkeypox) sebagai darurat kesehatan global. Pada akhir bulan Juli, jumlah kasus cacar monyet telah mencapai 16 ribu dan telah tersebar di 75 negara dengan lima kasus kematian akibat penyakit ini. Setelah melakukan pertemuan pada 21 Juli lalu, WHO menilai cacar monyet memiliki risiko moderat secara global dan ada resiko penyebaran secara internasional, maka dari itu WHO menetapkan bahwa virus ini menjadi masalah kedaruratan kesehatan global. Di Indonesia sendiri kasus cacar monyet ditemukan untuk pertama kali pada tanggal 20 Agustus di DKI Jakarta. Seorang pria yang berusia 27 tahun asal...

PENYAKIT PNEUMONIA PADA MASYARAKAT INDONESIA

MEMBAHAS TENTANG PENYAKIT PNEUNOMIA PADA MASYARAKAT INDONESIA Disusun oleh Ahmad Fajar Rizki ABSTRAK Pneumonia merupakan penyakit yang menyebabkan kematian pada balita dan masyarakat umum di dunia,karena kurangnya tenaga medis di pelayanan kesehatan dibanding jumlah penderita pneunomia. Pneumonia juga disebabkan dari infeksi pada alveoli dan ujung brankiol. Di Indonesia sendiri pada tahun 2007 menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyebutkan kematian balita Indonesia 15,5 % atau 5,9 juta. Variabel independen yang mempengaruhi karakter individunya, lingkungan fisik rumah, perilaku penggunaan bahan bakar dan merokok. Lalu dilakukan penelitian yang bertujuan mengembangkan sistem pendukung keputusan kelompok untuk diagnosis pneumonia pada pasien. Sistem ini dibuat guna membantu tenaga medis dalam mendiagnosa pasien pneunomia, meminimalisir tingkat keterlambatan ketika perawatan untuk pasien dan juga tidak terjadi kesalahan pada pemberian antibiotik kepada pasien. Dari hasil diatas b...