Langsung ke konten utama

PENYAKIT PNEUMONIA PADA MASYARAKAT INDONESIA

MEMBAHAS TENTANG PENYAKIT PNEUNOMIA PADA MASYARAKAT INDONESIA

Disusun oleh Ahmad Fajar Rizki

ABSTRAK

Pneumonia merupakan penyakit yang menyebabkan kematian pada balita dan masyarakat umum di dunia,karena kurangnya tenaga medis di pelayanan kesehatan dibanding jumlah penderita pneunomia. Pneumonia juga disebabkan dari infeksi pada alveoli dan ujung brankiol. Di Indonesia sendiri pada tahun 2007 menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyebutkan kematian balita Indonesia 15,5 % atau 5,9 juta. Variabel independen yang mempengaruhi karakter individunya, lingkungan fisik rumah, perilaku penggunaan bahan bakar dan merokok. Lalu dilakukan penelitian yang bertujuan mengembangkan sistem pendukung keputusan kelompok untuk diagnosis pneumonia pada pasien. Sistem ini dibuat guna membantu tenaga medis dalam mendiagnosa pasien pneunomia, meminimalisir tingkat keterlambatan ketika perawatan untuk pasien dan juga tidak terjadi kesalahan pada pemberian antibiotik kepada pasien. Dari hasil diatas bahwa pneunomia diakibatkan dari faktor sosial,demografi,ekonomi dan kondisi lingkungan sekitar.

Kata kunci: balita, kondisi lingkungan fisik rumah, pneumonia

ABSTRACT

Pneumonia is a disease that causes death in children in the world, because of the lack of medical personnel in health services compared to the number of patients with pneumonia. Pneumonia also originates from infection of the alveoli and the tip of the brankol. In Indonesia alone in 2007, based on the Basic Health Research (Riskesdas), the number of Indonesian under-five deaths due to pneunomia was 15.5% or 5.9 million. Independent variables are individual characters, physical environment of the house, behavior of fuel use and smoking. The method used to make a diagnosis for patients for diagnosis of pneumonia in patients. This system is designed to assist medical personnel in diagnosing pneumonia patients, minimizing the birth rate of care for patients and also not damaging patients. From the above results, pneumonia is caused by social, demographic, economic and environmental conditions.

Keywords: toddlers, physical condition of the house, pneumonia

PENDAHULUAN

 Dari waktu ke waktu penyakit infeksi saluran pernafasan akut, terutama pneumonia masih menjadi penyebab kematian yang besar. Akan tetapi masalah ini masih banyak di tanggapi secara serius sehingga dunia menyebutnya the forgotten pandemic. Akhir-akhir ini penyakit pneumonia selain pada bayi dan balita menyerang pada kelompok dewasa. Terlihat dari wabah penyakit atypical pneumonia seperti SARS (2003) yang melanda beberapa negara. Setelah SARS berkurang, Juni 2005 muncul kasus clustering pneumonia yang menewaskan nyawa 3 orang dalam 1 keluarga yang diakibatkan oleh virus Avian Influensa (AI) H5N1 (Depkes RI, 2006 ). 

Hingga saat ini, penyakit pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia. Diperkirakan sekitar 1,8 juta atau 20% dari kematian anak disebabkan oleh pneumonia, melebihi kematian akibat AIDS, malaria dan tuberkulosis. Di Indonesia, pneumonia menjadi penyakit urutan kedua penyebab kematian pada balita setelah diare. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menemukan bahwa kejadian pneumonia sebulan terakhir (period prevalence) mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 2,1 ‰ menjadi 2,7 ‰ pada tahun 2013. Kematian balita yang disebabkan oleh pneumonia tahun 2007 cukup tinggi, yaitu sebesar 15,5%. Demikian pula hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), yang menemukan bahwa prevalensi pneumonia dari tahun ke tahun terus meningkat, yaitu 7,6% pada tahun 2002 menjadi 11,2% pada tahun 2007.(3)

 Lalu muncul ISPA tahun 1984 yang mengelompokan bahwa ISPA dibagi 3 tingkat keparahan, yakni : ISPA ringan, ISPA sedang, ISPA berat. Kelompok ini menyatukan penyakit infeksi paru, infeksi akut ringan dan infeksi tenggorok pada anak. Istilah ISPA memiliki arti infeksi saluran pernapasan akut dan diperkenalkan 1984. Kejadian pneumonia sering kali bersamaan dengan proses infeksi akut di bronkus atau disebut Bronkhopneumonia. Data WHO menyatakan, sekitar 800.000 hingga 1 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya imbas dari pneumonia, pneumonia disebutkan oleh UNICEF dan WHO sebagai kematian tertinggi anak balita, melampaui penyakit– penyakit lain seperti campak, malaria serta AIDS. World Pneumonia Day (WPD) melaporkan Indonesia merupakan negara dengan pneumonia ke – 6 terbesar di dunia (1). 

Pneumonia adalah infeksi yang terdapat pada ujung bronkhiol dan alveoli yang umumnya disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus dan parasit. Pneumonia menjadi penyebab kematian tertinggi serta menjadi penyebab penyakit umum terbanyak(Depkes RI, 2005).Hal utama yang perlu difokuskan secara mendalam ialah kesehatan masyarakat, karena dengan kesehatan yang baik, semua aktifitas bisa dijalankan sesuai rencana awal (2).

METODE PENELITIAN 

Metode penelitian yang dilakukan yakni menggunakan metode telaah terhadap naskah atau literatur review pada jurnal yang bisa diakses melalui google scholar. Jurnal yang menjadikan referensi sebanyak tiga referensi artikel jurnal. 

HASIL DAN PEMBAHASAN 

 Banyak faktor-faktor yang menimbulkan terjadinya penyakit pneumonia, berikut ini adalah penyebab dari pneumonia.

Rumah tangga dengan status ekonomi yang lebih tinggi dapat memiliki kemampuan lebih baik dalam pemenuhan kebutuhannya, termasuk pemeliharaan kesehatan (meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan dan ibu yang berpendidikan lebih tinggi) dapat mempunyai informasi dan wawasan yang lebih baik termasuk dalam pemecahan masalah kesehatan.

Kegiatan memasak yang dilakukan secara terus menerus (setiap hari) dalam waktu yang cukup lama juga mempengaruhi pneumonia karena asap dari dapur akan mencemari seluruh ruangan, termasuk kamar tidur tempat anggota keluarga lebih banyak menghabiskan waktunya pada malam hari.

Ventilasi dan Jendela juga mempunyai peranan yang penting guna menjamin kualitas dan kecukupan sirkulasi udara yang keluar dan masuk dalam ruangan rumah. Kurangnya/tidak cukup ventilasi (< 10% luas lantai ruangan) dan rumah tidak memiliki/tidak biasa membuka jendela akan mengakibatkan bahan pencemar berada dalam ruangan lebih lama dan menyebabkan risiko pajanan terhadap bahan pencemar di dalam ruangan bertambah.

Kepadatan pemukiman yang tidak baik menambah risiko pneumonia pada balita, dikarenakan tingkat kepadatan yang tidak memenuhi layak disebabkan luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah anggota rumah tangga yang berada di rumahnya. Rumah yang padat manusia menambah risiko penularan bakteri, virus penyebab penyakit pneumonia melalui pernapasan dari penghuni rumah yang satu ke penghuni rumah lainnya bisa dengan mudah dan cepat.

KESIMPULAN 

Penyebab balita pneumonia di Indonesi disebabkan bermacam-macam faktor-faktor kejadian pneumonia terhadap balita yakni jenis kelamin, tipe tempat tinggal, pendidikan ibu, tingkat ekonomi/kuintil indeks kepemilikan, letak dapur, keberadaan/kebiasaan membuka jendela dan ventilasi kamar tidur. Hal ini berarti bahwa faktor sosial, demografi, ekonomi dan lingkungan rumah secara sama berperan terhadap kejadian pneumonia pada balita di Indonesia.

SARAN 

Saya berharap kesadaran masyarakat untuk mengetahui penyakit ini, dari pencegahan dan pengobatannya. Dan membentuk pola mandiri dari masyarkakat tersebut dalam memperbaiki gizi. Sedangkan untuk petugas kesehatan, memberikan upaya preventif dan promotif. Upayanya seperti memberi penyuluhan dan pelatihan deteksi dini atas gejala pneumonia secara komunikasi interaktif ibu balita dengan petugas kesehatan saat posyandu dan menambah sadarnya status gizi balita untuk mencegah pneumonia. Dan peneliti lainnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor lain yang berhubungan dengan pneumonia pada balita.


DAFTAR PUSTAKA

 Oktaviani,. Ika, S. M. (2017) ‘Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia pada Balita Di Puskesmas Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang’, Jurnal Komunikasi Kesehatan, 8(1), pp. 29–44.  

Syaukani Muhammad., S. H. (2012). Pemodelan Sistem Pendukung Keputusan Kelompok Untuk Diagnosa Pneumonia Dengan Fuzzy Linguistic Quantifier Dan Ahp. Diakses melalui https://ojs.unud.ac.id/index.php/jik/article/view/2706. 

Anwar, Athena., I., D. 2014. Pneumonia pada Anak Balita di Indonesia. Di akses melalui https://journal.fkm.ui.ac.id/kes mas/article/view/405/402


 ----- CATATAN EDITOR -----

Bagaimana pendapat kamu tentang tulisan ini?

Kalo ada diantara kamu yang mau ngobrol atau diskusi

dengan Fajar terkait topik ini,

silahkan tinggalkan komentar dibawah artikel ini ya.

-------------------------------------

Author: Ahmad Fajar Rizki


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaizen (改善): Filosofi Perbaikan Berkelanjutan dari Jepang

--------------------- Oleh : Didi Khaerudin --------------------- Pada umumnya, banyak orang mengabaikan kelemahan diri dan berusaha menutupinya dengan kekuatan atau kelebihan yang dimiliki, seolah dengan begitu kelemahan tersebut tidak akan lagi menjadi masalah penting. Setiap orang pada dasarnya harus bisa menerima kenyataan bahwa mereka terlahir dengan adanya kelemahan atau kekurangan pada dirinya, tinggal bagaimana kekurangan yang ada agar tidak merugikan diri lebih jauh lagi. -- “Orang beruntung adalah yang hari ini lebih baik dari kemarin” *** Hallo teman-teman , pada kesempatan ini saya akan mengulas sebuah filosofi yang disebut dengan Kaizen, tulisan/karakter kanji dalam bahasa Jepangnya kurang lebih seperti ini: Kaizen (改善). Kaizen merupakan istilah dalam bahasa Jepang yang bermakna "perbaikan berkelanjutan atau perbaikan yang berkesinambungan ( continuous improvement )". Filsafat kaizen berpandangan bahwa hidup kita hendaknya berfokus pad...

YUK KENALI APA ITU CACAR MONYET (MONKEY POX)

 Cacar monyet atau monkey pox merupakan penyakit infeksi akibat Monkeypox virus (MPXV) yang mana penularan penyakit ini dapat melalui binatang (Zoonosis). Penyakit ini pertama kali ditemukan 1958, lalu ditemukan kasus pertama kali menginfeksi manusia yaitu di tahun 1970 di Kongo. Saat ini Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, telah menyatakan bahwa cacar monyet (monkeypox) sebagai darurat kesehatan global. Pada akhir bulan Juli, jumlah kasus cacar monyet telah mencapai 16 ribu dan telah tersebar di 75 negara dengan lima kasus kematian akibat penyakit ini. Setelah melakukan pertemuan pada 21 Juli lalu, WHO menilai cacar monyet memiliki risiko moderat secara global dan ada resiko penyebaran secara internasional, maka dari itu WHO menetapkan bahwa virus ini menjadi masalah kedaruratan kesehatan global. Di Indonesia sendiri kasus cacar monyet ditemukan untuk pertama kali pada tanggal 20 Agustus di DKI Jakarta. Seorang pria yang berusia 27 tahun asal...